Jumat, 22 Januari 2016
SINGA BATAK MUSLIM MENGAUM / BERBICARA: "NEGARA SUNNI / SALAFI / WAHABI >>>YANG BER-BENDERA TAUHID WARNA HIJAU, >>>YANG DIPIMPIN OLEH SE-ORANG RAJA DZALIM BERNAMA : SALMAN BIN ABDUL-A'ZIZ, "YAL'ANALLOH / LAKNATULLOH A'LAIHI AU YAHDIHI / SEMOGA ALLOH MELAKNATNYA ATAU MEMBERI PETUNJUK", >>>YANG MENG-GEMBAR-GEMBOR-KAN MASALAH "DA'WAH TAUHID", JUSTRU BERSAMA SEBAGIAN ULAMA SALAFI-NYA (ULAMA CETAKAN RAJA & ULAMA YANG SUKA CIUM KETEK RAJA BILA KETEMU RAJA) DAN QOODHI / HAKIM / JAKSA CETAKAN-NYA, JUSTRU BANYAK MEMBUNUHI SEBAGIAN KAUM SUNNI / SALAFI / WAHABI YA'NI RAKYAT-NYA DAN ULAMA-NYA SENDIRI (DI BAWAH / ENTRI INI ADALAH SALAH SATU BERITA-NYA DI-AWAL BULAN JANUARI 2016) YANG TELAH BER-TAUHID KEPADA ALLOH AZZA WA JALLA DENGAN INGIN MENEGAKKAN HUKUM SYARI'AH / SYAR'I SEPENUHNYA DAN MENENTANG SYSTEM / SISTIM KERAJAAN SAUDI YANG BANYAK DZALIM-NYA / BANYAK MEMBUNUHI RAKYAT DAN ULAMA-NYA DENGAN CARA DI PANCUNG TANPA ALASAN YANG TEPAT / BENAR DALAM HUKUM ISLAM. SEBAGAIMANA JUGA TKW (TENAGA KERJA WANITA INDONESIA) >>>YANG DI-FITNAH OLEH ANAK MAJIKAN >>>YANG INGIN MEMBUNUH IBU TIRI-NYA DENGAN MAKANAN (RUZ MATHBI / NASI KEBULI DAGING KAMBING GODOK / KESUKAAN MR.THINKER) BERISIKAN RACUN, >>>YANG MEMATIKAN SIAPA SAJA YANG MEMAKANNYA (TERMASUK ANDA / PANJENENGAN KECUALI MR.THINKER, KARENA MR.THINKER SUDAH TAHU BERITANYA, MAKA PIRING DAN RUZ MATHBI-NYA DIGANTI DENGAN MAKANAN LAIN YANG ENAKNYA HAMPIR SAMA, YA'NI : RUZ MANDHI, SAMBIL BERKATA : "THINKER FOR SOLUTION","SOLUTION FOR THIS FOOD IS NOT FOR DEATH"), >>>YANG DIBERIKAN MELALUI PEMBANTU-NYA (TKW) >>>YANG TIDAK TAHU SAMA SEKALI DENGAN ADANYA RACUN DI-MAKANAN TERSEBUT, >>>YANG KEMUDIAN DITARUH DIMEJA MAKAN IBU TIRI (YANG SHOOLEHAH) MAJIKANNYA YANG DZALIM TADI, TAPI ALLOH PUNYA KEHENDAK LAIN (ALLOH MAHA KEHENDAK) : IBU TIRINYA SEDANG TIDAK ADA DITEMPAT, >>>YANG PADA AKHIRNYA ADIK KANDUNG MAJIKAN DZALIM / JAHAT ITU YANG MEMAKANNYA (SENJATA MAKAN SAUDARI TUAN) DAN LANGSUNG TELAP (MEMANGNYA LAYANGAN) ALIAS K.O.(MEMANGNYA PETINJU) ALIAS MENINGGAL DUNIA (INI KALIMAT YANG BENAR), TAPI TKW YANG TIDAK TAHU APA-APA TADI DIKENAKAN HUKUMAN QISHOSH DENGAN DIPANCUNG, MAKA IMIGRASI DAN PJTKI TIDAK DIPERBOLEHKAN LAGI UNTUK MEMBERANGKATKAN TKW KE-ARAB SAUDI OLEH PRESIDEN SBY. MULAI SAAT ITU, TIDAK TAHU NICH DENGAN PRESIDEN JOKO WIDODO SEJAK TAHUN 2014 APA MAU NGANTERIN NYAWA RAKYAT-NYA KE-ARAB SAUDI???! MR.THINKER BERDO'A : "SEMOGA TIDAK" KARENA DI-ARAB SAUDI BANYAK FITNAH, TERUTAMA KEPADA TKW. PADAHAL HADITS SHAHIH BUKHORI YANG PALING DIPEGANG / DIUTAMAKAN NEGARA SAUDI DALAM MENGHUKUM TERUTAMA HUKUM QISHOSH, BERBUNYI : "YANG ALLOH PERTAMA TANYAKAN (MASALAH HUKUM SYARI'AH / SYAR'I) DI HARI KIAMAT ADALAH : MASALAH DARAH / NYAWA (HR. BUKHORI)". INILAH SALAH SATU ALASAN KENAPA USTADZ HAJI RAYYAN SYAHRIAL HASIBUAN SI MR.THINKER TIDAK INGIN DINYATAKAN SEBAGAI ORANG SALAFI (FIRQOH SALAFI) ZAMAN INI !!!?, PADAHAL SI MR.THINKER ADALAH : PENGIKUT "ULAMA SALAF SHAALIH / ULAMA TERDAHULU YANG SHOOLEH".
IDEOLOGI "ISIS" DALAM MEMPERKOKOH KEUTUHAN DAN KEKUATAN SYSTEM "JAMA'AH"-NYA, MEMPUNYAI MISI : MENGHALALKAN SEGALA CARA DENGAN MENINDAS / MENYIKSA LALU MEMBUNUH ATAU MENGEKSEKUSI MATI SIAPA SAJA YANG MENENTANG SYSTEM "JAMA'AH"-NYA, TIDAK PERDULI DIA ITU AHLU SUNNAH (SUNNI), SALAFI / WAHABI ATAUPUN MUJAHIDIIN AL-MUKHLISIIN SEKALIPUN.
BEGITU JUGA :
IDEOLOGI "KERAJAAN ARAB SAUDI" DALAM MEMPERKOKOH KEUTUHAN DAN KEKUATAN SYSTEM "KERAJAAN"-NYA, MEMPUNYAI MISI SAMA DENGAN IDEOLOGI "ISIS" YAITU : JUGA MENGHALALKAN SEGALA CARA DENGAN MENINDAS / MENYIKSA LALU MEMBUNUH ATAU MENGEKSEKUSI MATI SIAPA SAJA YANG MENENTANG SYSTEM "KERAJAAN"-NYA, TIDAK PERDULI DIA ITU AHLU SUNNAH (SUNNI), SALAFI / WAHABI, ATAUPUN MUJAHIDIIN AL-MUKHLISIIN SEKALIPUN.
APALAGI :
ADEOLOGI "SYI'AH" DALAM MEMPERKOKOH KEUTUHAN DAN KAKUATAN SYSTEM "JAMA'AH" ATAU "PEMERINTAHAN"-NYA, MEMPUNYAI MISI YANG SANGAT LEBIH KEJAM DARI IDEOLOGI "ISIS" DAN "KERAJAAN ARAB SAUDI", YAITU : GUKAN HANYA MENGHALALKAN CARA BAHKAN MEWAJIBKAN ANGGOTA ATAU RAKYATNYA, BAHKAN PEMERINTAHAN-NY7A SENDIRI UNTUK MENINDAS / MENYIKSA LALU MEMBUNUH ATAU MENGEKSEKUSI MATI SIAPA SAJA YANG MENENTANG SYSTEM "JAMA'AH"-NYA ATAU "PEMERITAH SYI'AH"-NYA, APALAGI DIA ITU AHLU SUINNAH (SUNNI), SALAFI / WAHABI, APALAGI BANGET MUJAHIDIIN AL-MUKHLISIIN.
MISI INI TERDAPAT PADA :
- IDEOLOGI "KOMUNIS" YANG PERTAMA TERKEJAM SE-DUNIA,
- IDEOLOGI "NAZI" YANG KE-DUA TERKEJAM SE-DUNIA,
KEMUDIAN DISUSUL OLEH :
- IDEOLOGI "SYI'AH" YANG KE-TIGA TERKEJAM SE-DUNIA,
- IDEOLOGI "ISIS" YANG KE-EMPAT TERKEJAM SE-DUNIA,
- IDEOLOGI "KERAJAAN ARAB SAUDI" YANG KE-LIMA TERKEJAM SE-DUNIA.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Middle East
Saudi Arabia executes 47 on terrorism charges
Shia leader Nimr al-Nimr, who led anti-government protests, and al-Qaeda figure Faris al-Zahrani among those executed.
Al Jazeera Staff | |
Middle East, Saudi Arabia
In a press statement read out on state TV on Saturday, the Saudi
ministry listed the names of all those it said were already convicted on
charges of terrorism.
The executions led to protests in a number of countries on Saturday, including Iran - where demonstrators broke into the Saudi embassy and started fires.
The death sentence given to Nimr al-Nimr, who led anti-government protests in the country's east, was confirmed by the Supreme Court in October.
He was convicted of sedition, disobedience and bearing arms. Nimr did
not deny the political charges against him, but said he never carried
weapons or called for violence.
Many of the other men executed had been linked to attacks in the kingdom between 2003 and 2006, blamed on al-Qaeda.
Zahrani, described by Saudi media as al-Qaeda's top religious leader in the kingdom, was one of them.
He was detained in 2004 while allegedly in possession of weapons.
An Egyptian citizen and a Chadian citizen were also among the executed, the ministry said. The rest were all Saudis.
Reuters news agency reported four of those executed were Shia.
Saudi Ministry of Justice spokesman Mansour al-Qufari said: "The judiciary is objective and we deal objectively with the cases on merit.
"There is no difference between what a person does regardless of his ethnic origin or affiliation, or what he believes. We deal with facts and criminal intent."
Some were beheaded while others were shot by firing squad, Mansur al-Turki, Saudi interior ministry spokesman, said.
Notably absent from the list was Nimr's nephew, Ali. He was arrested at the age of 17.
Appeal for calm
Nimr's execution prompted calls for demonstrations in Saudi Arabia’s Eastern Province and in other countries of the Middle East, but Mohammed al-Nimr, Nimr's brother, appealed for calm.
"This action will spark anger of [Shia] youths" in Saudi Arabia, but "we reject violence and clashing with authorities", he said.
Nimr spent more than a decade studying theology in predominantly Shia Iran.
In Tehran, a number of protesters broke into Saudi Arabia's embassy and started fires on Saturday night, after gathering there to denounce Nimr's execution.
As of 22:00 GMT on Saturday, special police forces had secured the embassy, and Iran's foreign ministry called for calm after the protesters had been dispersed by police.
Diplomatic protest
Earlier on Saturday, Iran’s foreign ministry condemned the execution, calling it "the depth of imprudence and irresponsibility" on the part of the Saudi government.
"The Saudi government will pay a heavy price for adopting such policies," Hossein Jaber Ansari, Iran's foreign ministry spokesman, was quoted as saying by the semi-official Fars news agency.
Later, the Saudi government summoned the Iranian ambassador to protest against Iran's reaction to the execution.
Meanwhile, dozens of people marched through Bahrain's capital to protest the executions, while in London, people gathered outside the Saudi embassy, voicing their support for Nimr. Other protests were held in Pakistan and Yemen.
There were also protests within Saudi Arabia, with people taking to the streets in the eastern town of Al-Awamiya.
The US state department said in a statement that Nimr's execution risked "exacerbating sectarian tensions at a time when they urgently need to be reduced", while UN Secretary-General Ban Ki-moon said he was "deeply dismayed" by the executions.
Hussain al-Shobokshi, a prominent Saudi columnist, told Al Jazeera that Saudi authorities did not differentiate between "Shia source of terror and Sunni source of terror".
"[Saudi Arabia] made sure it saw no difference between any form of terror, as long as it was threatening its people and its economy," he said.
Listen to what Shobokshi told Al Jazeera:
The interior ministry said that those convicted had participated in attacks against residential compounds and government buildings.
Bombings of compounds in Riyadh in May 2003 killed more than 30 people.
The following year there were 30 attacks, which led to a government crackdown on al-Qaeda and other homegrown fighters.
Nimr had called for Eastern Province, an oil-rich region where about two million Shia live, to be separated from the rest of Saudi Arabia.
He also criticised the government for what he said was the marginalisation of the Shia minority in the country.
Friday's announcement came just days after Amnesty International said Saudi Arabia had executed at least 151 people in 2015, the most beheadings in 20 years.
Khalid al-Dakhil, a Saudi political commentator based in Riyadh, challenged "the integrity" of the rights organisation's report, saying it failed to mention Iran's execution record.
"Iran executes far more people a year than Saudi Arabia, but it does not get the negative publicity Saudi Arabia has. This is something that must be addressed," Dakhil told Al Jazeera.
Source: Al Jazeera and agencies
The executions led to protests in a number of countries on Saturday, including Iran - where demonstrators broke into the Saudi embassy and started fires.
The death sentence given to Nimr al-Nimr, who led anti-government protests in the country's east, was confirmed by the Supreme Court in October.
Faris al-Zahrani had been in custody ever since his detention near the Yemeni border in 2004 [YouTube] |
Many of the other men executed had been linked to attacks in the kingdom between 2003 and 2006, blamed on al-Qaeda.
Zahrani, described by Saudi media as al-Qaeda's top religious leader in the kingdom, was one of them.
He was detained in 2004 while allegedly in possession of weapons.
An Egyptian citizen and a Chadian citizen were also among the executed, the ministry said. The rest were all Saudis.
Reuters news agency reported four of those executed were Shia.
Saudi Ministry of Justice spokesman Mansour al-Qufari said: "The judiciary is objective and we deal objectively with the cases on merit.
"There is no difference between what a person does regardless of his ethnic origin or affiliation, or what he believes. We deal with facts and criminal intent."
Some were beheaded while others were shot by firing squad, Mansur al-Turki, Saudi interior ministry spokesman, said.
Notably absent from the list was Nimr's nephew, Ali. He was arrested at the age of 17.
Appeal for calm
Nimr's execution prompted calls for demonstrations in Saudi Arabia’s Eastern Province and in other countries of the Middle East, but Mohammed al-Nimr, Nimr's brother, appealed for calm.
"This action will spark anger of [Shia] youths" in Saudi Arabia, but "we reject violence and clashing with authorities", he said.
Nimr spent more than a decade studying theology in predominantly Shia Iran.
In Tehran, a number of protesters broke into Saudi Arabia's embassy and started fires on Saturday night, after gathering there to denounce Nimr's execution.
As of 22:00 GMT on Saturday, special police forces had secured the embassy, and Iran's foreign ministry called for calm after the protesters had been dispersed by police.
Diplomatic protest
Earlier on Saturday, Iran’s foreign ministry condemned the execution, calling it "the depth of imprudence and irresponsibility" on the part of the Saudi government.
"The Saudi government will pay a heavy price for adopting such policies," Hossein Jaber Ansari, Iran's foreign ministry spokesman, was quoted as saying by the semi-official Fars news agency.
Later, the Saudi government summoned the Iranian ambassador to protest against Iran's reaction to the execution.
Meanwhile, dozens of people marched through Bahrain's capital to protest the executions, while in London, people gathered outside the Saudi embassy, voicing their support for Nimr. Other protests were held in Pakistan and Yemen.
There were also protests within Saudi Arabia, with people taking to the streets in the eastern town of Al-Awamiya.
The US state department said in a statement that Nimr's execution risked "exacerbating sectarian tensions at a time when they urgently need to be reduced", while UN Secretary-General Ban Ki-moon said he was "deeply dismayed" by the executions.
Hussain al-Shobokshi, a prominent Saudi columnist, told Al Jazeera that Saudi authorities did not differentiate between "Shia source of terror and Sunni source of terror".
"[Saudi Arabia] made sure it saw no difference between any form of terror, as long as it was threatening its people and its economy," he said.
Listen to what Shobokshi told Al Jazeera:
The interior ministry said that those convicted had participated in attacks against residential compounds and government buildings.
Bombings of compounds in Riyadh in May 2003 killed more than 30 people.
The following year there were 30 attacks, which led to a government crackdown on al-Qaeda and other homegrown fighters.
Nimr had called for Eastern Province, an oil-rich region where about two million Shia live, to be separated from the rest of Saudi Arabia.
He also criticised the government for what he said was the marginalisation of the Shia minority in the country.
Friday's announcement came just days after Amnesty International said Saudi Arabia had executed at least 151 people in 2015, the most beheadings in 20 years.
Khalid al-Dakhil, a Saudi political commentator based in Riyadh, challenged "the integrity" of the rights organisation's report, saying it failed to mention Iran's execution record.
"Iran executes far more people a year than Saudi Arabia, but it does not get the negative publicity Saudi Arabia has. This is something that must be addressed," Dakhil told Al Jazeera.
Saudi Arabia said some of those convicted had participated in attacks in Riyadh in 2003 [EPA] |
--------------------------------------------------------------------------
Mengapa Saudi mengeksekusi pendeta Syiah, namun juga mengeksekusi ideolog Al-Qaeda?
Kamis, 26 Rabiul Awwal 1437 H / 7 Januari 2016 10:00
Pendeta Syi'ah : Nimr Al-Nimr (kiri) Syaikh Faris Az-Zahrani Rahimahullah
Mati Kafir Syi'ah Pasti Masuk Neraka. Mati Syahid INSYA ALLOH Masuk Syurga.
"MENGENAL ASY-SYAHID INSYA ALLOH : SYEIKH FARIS ZAHRANI"
https://www.youtube.com/watch?v=ge-J10HMR5Q
https://www.youtube.com/watch?v=Qm4p_NvUlCg
https://www.youtube.com/watch?v=wz65WJDZ564
Syaikh Faris Az-Zahrani, Penghafal Kutubus
Sittah yang Dieksekusi Saudi
Setelah pada edisi sebelumnya dibahas ulama Sunni yang disiksa dengan sihir sebelum dieksekusi, Syaikh Abdul Aziz Ath-Thuwali’iy, maka pada edisi kali ini akan dibahas lagi seorang ulama Sunni yang juga dieksekusi pada hari itu. Ulama ini di penjara sejak tahun 2004 dan pada akhirnya dieksekusi pada 2 Januari kemarin. Tentu selama 12 tahun di hotel prodeo, ragam intimidasi dan siksaan mewarnai kehidupan ulama ini.
Ulama yang telah hafal Kutubus Sittah ini digambarkan oleh media Saudi sebagai ideolog utama Al-Qaidah yang dituding terlibat dalam serangkaian serangan terhadap pemukiman warga asing, kantor polisi dan fasilitas minyak menewaskan ratusan orang. Inilah sebab mengapa ulama ini ditahan, disiksa dan pada akhirnya dieksekusi Saudi. Siapakah dia? Dia adalah Syaikh Faris Az-Zahrani atau dikenal dengan nama kuniyah Abu Jandal Al-Azdi.
Potret Faris Kecil
Nama terangnya adalah Faris Ahmad Jum’an Alu Syuwail Az-Zahrani. Dilahirkan pada tahun 1977 di desa Jaufa’ di Zahran, kemudian tak berselang lama dia pindah ke sebuah tempat yang bernama Al-Naus dan memulai pendidikan talaqi di sana. Faris mempunyai seorang kakak yang lahir dua tahun lebih dulu pada tahun 1975 di Riyadh karena pada saat itu ayahnya bekerja di sana. Kakaknya bernama Muhammad Maulud. Keduanya hidup dalam naungan orang tuanya di Riyadh hingga berpindah ke kota Al-Baha pada tahun 1980.
Pendidikannya
Menyelesaikan pendidikan ibtidaiyah di kota Jaufa’ kemudian masuk ke jenjang mutawasithah di kota Al-Ufus dan lulus dengan nilai yang memuaskan. Menyelesaikan hafalan Al-Quran ketika memasuki jenjang tsanawiyah dan mengambil sanad dalam tahfidz AL-Quran. Faris menyelesaikan jenjang tsanawiyah (Tsanawiyah di Saudi setingkat SMA di Indonesia) dengan cepat dan lanjut ke jenjang perkuliahan di Universitas Madinah Al-Munawarah.
Akan tetapi, baru menjalani satu semester di Madinah, Faris pindah ke Universitas Imam Muhammad ibn Su’ud di kota Al-Qasim, wilayah Saudi tengah dan belajar di kota ini selama satu setengah tahun.
Setelah itu, Faris kembali ke kota Abha, wilayah Saudi selatan untuk belajar ilmu Syariah di Universitas Muhammad Ibn Su’ud dan berhasil memperoleh gelar magister. Selama pendidikan masternya, Faris berhasil menghafal Shahih Bukhari dan Muslim beserta sanadnya. Kemudian, ia ditempatkan sebagai qadhiy di Abha.
Sebelum lulus dari Universitas sekitar tahun 1999, Faris menikah dengan seorang wanita dan dikaruniai satu putri bernama Khadijah dan satu putra bernama Salman.
Selain hafal Shahih Bukhari dan Muslim, faris juga hafal matan alfiyah ibn Malik, Lamiyatul Af’al, Mandzumat Asy-Suyuti, ratusan syair dan matan-matan lainnya. Menurut kicauan dari akun twitter @ ALSeaaSe, Faris telah menghafal kutubus sittah beserta sanadnya.
Ilmu-ilmu yang selama ini ia cari juga ia tularkan kepada umat Islam lewat beberapa tulisan yang dimuat di Minbar At-Tauhid Wal Jihad seperti, Nushus Al-Fuqaha’ Khaula Akhkami Al-Ighaarah wa At-Tatarus, Usamah bin Ladin Mujaddid Az-Zaman wa Qahiru Amrika, Wujuubu Istinfadzu Al-Mustad’afin min Sujuuni Ath-Thawaghit wa Al-Murtadin dan masih banyak lagi. Karya-karyanya ini dimuat di situs milik Al-Maqdisi ini sebelum masuk penjara.
Setelah masuk penjara, pena di tangannya tidak berhenti menggoreskan tinta. Beberapa karyanya ketika di penjara seperti Munadzarah Baina As-Saif wa Al-Qalam. Nasihah ila Askar, Silsilat Al-‘Alaqat Ad-Dauliyah fi Islam jilid 1,2 dan 3 serta masih banyak yang lainnya. Akun Twitter @ALseaase mengatakan bahwa Faris telah menghafal Kutubus Sittah beserta sanadnya.
Penangkapan
Pada tanggal 3 Jumadil Akhir 1425 H atau 20 Oktober 2004, Faris membuat sebuah pernyataan audio yang berjudul “Kewarganegaraan Alu Sa’ud di bawah Telapak Kakiku”. Pernyataan ini menyangkal bahwa suku Zahran bagian dari Arab Saudi karena berdasarkan asal-usulnya berasal dari suku Azd. Selang enam belas hari kemudian, Faris ditangkap secara paksa di Abha. Namun, sebenarnya “dosa” Faris menurut Arab Saudi bukanlah itu saja.
Ia ditangkap dengan tuduhan kepemilikan senjata api, juga mengeluarkan ajakan massal kepada masyarakat di Arab Saudi untuk berbaiat kepada Imarah Islamiyah Taliban pada tahun 1998 berdasarkan nasihat dari syaikh Hamud bin Uqla Asy-Syu’aibi rahimahullah. Syaikh Hamud bersikap tegas dalam menyeru masyarakat Muslim di dunia untuk mendukung mujahidin dan pemerintahan Taliban ketika itu. Akhirnya, banyak dari murid beliau termasuk Faris Az-Zahrani yang memenuhi seruan ini dengan berbaiat pada Taliban. Banyak juga yang berangkat Afghanistan dan menjemput kesyahidan.
Faris juga dianggap terlibat dalam aksi peledakan WTC dan asrama Amerika di Zahran berdasarkan perintah dan arahan syaikh Usamah bin Ladin rahimahullah. Hingga nama Faris Az-Zahrani dinobatkan sebagai “teroris paling diburu” oleh Kerajaan Arab Saudi serta namanya disandingkan dengan syaikh Usamah bin Ladin yang juga berasal dari Arab Saudi.
Faris dibawa ke penjara Al-Ha’ir yang terletak 25 mil selatan kota Riyadh. Selama tiga bulan pertama, ia ditempatkan di dalam sebuah gudang yang pengap tanpa kasur dan selimut. Tidur di lantai dan berbantalkan lengan ditambah dengan penyiksaan mengerikan yang berkelanjutan.
Siksaan yang Berkelanjutan
Kejamnya siksaan tidak lantas membuat Faris lupa kepada dua buah hatinya, Khadijah dan Salman. Ia mengirim surat pertama sejak 10 hari pertama di penjara. Pihak penjara hanya memberikan awaktu kunjungan beberapa hari saja per tahunnya. Namun, beratnya siksaan dan intimidasi membuat Faris tidak sempat mengirim surat kembali. Hingga Faris baru sempat berkirim surat setelah 9 tahun dipenjara. Ini menandakan betapa beratnya siksaan yang dihadapi Faris hingga tidak sempat memikirkan yang lain.
Izzah Az-Zahrani, ibunda dari Faris tetap mempunyai secercah semangat untuk kebebasan putranya. Ia menuntut keadilan atas perlakuan pemerintah kepada anaknya yang dipenjarakan selama satu dasawarsa tanpa pengadilan.
Selain itu, bentuk kekerasan dan penyiksaan tidak hanya ditimpakan pada Faris saja. Saat itu Desember 2011 ibunya Faris, Izzah mengadakan kunjungan ke penjara. Izzah memintakan izin bagi anaknya pada pihak penjara karena anaknya, Faris ingin melangsungkan pernikahan setelah terpisahkan dari istrinya cukup lama.
Awalnya memang permintaan itu diterima sipir penjara. Namun, ternyata mereka tidak mempunyai itikad baik dan menunda-nunda perijinan itu. Bahkan para sipir mengatakan bahwa menteri dalam negeri Muhammad bin Nayif menolak memberikan perizinan itu. Izzah merasa dipermainkan dan ingin bertemu dengan kepala penjara untuk mempertanyakan hal ini. Namun, kepala penjara menolak untuk bertemu.
Akhirnya, Izzah bersikeras tidak beranjak dari ruang kunjungan penjara sampai bertemu dengan kepala penjara. Melihat Izzah yang begitu keras kepala, kepala penjara memerintahkan petugas keamanan untuk mengusir Izzah. Benar, hal itu terjadi dan tidak hanya pengusiran yang terjadi,melainkan pemukulan hingga tangan Izzah patah.
Setelah Izzah berhasil dilumpuhkan oleh petugas keamanan, maka pihak penjara membuangnya ke pinggir jalan. Saat itu, Izaah sudah tidak sadarkan diri. Ketika siuman ia sudah mendapati dirinya di sebuah rumah sakit di Riyadh dan mendapat pengawasan 24 jam. Saat itu para dokter ingin mengoperasi tangannya yang patah tetapi menolak karena Izzah mempunyai penyakit jantung. Pada akhirnya Izzah tetap dioperasi tanpa dibius.
Kakak Faris, Muhammad Maulud tidak luput dari siksaan petugas keamanan. Ia terkena pukulan dari petugas pada bagian hidung hingga patah. Belum cukup dengan pukulan, para petugas juga memenjarakan Muhammad selama seminggu. Benar-benar kekejaman yang menyeluruh dan berkelanjutan, tak hanya terdakwa yang terkena imbasnya ternyata keluarga dekat Faris juga disiksa oleh para petugas keamanan.
Kalau sedemikian kejamnya siksaan yang menimpa keluarga terdakwa, bagaimana bentuk siksaan yang diterima Faris? Siksaan yang ia hadapi adalah dipaksa duduk di kursi dan dilarang tidur, dengan pengawasan ketat dari petugas penjara. Petugas tidak akan segan-segan menggunakan cara apapun jika Faris lalai atau tertidur. Kedua tangannya selama 15 sampai 20 jam selalu terborgol dan dilarang merapikan rambut dan kuku.
Ketika pergantian shift penjaga, maka mereka tidak akan meninggalkan Faris sebelum “memandikannya” dengan cara diguyur air dengan baju yang masih melekat. Ini hanyalah sebagian kecil dari siksaan yang ditimpakan padanya.
Pernah suatu waktu terjadi pemeriksaan oleh petugas penjara. Sekonyong-konyong, para petugas datang memeriksa Faris dan menyobek-nyobek bukunya. Setelah disobek kemudian melemparkannya ke tanah serta menendang makanan yang ada di ruangan Faris. Serta merta Faris menyelematkan buku-bukunya karena di dalamnya terdapat ayat Allah dan hadits Rasul.
Ketika Faris memunguti buku-buku yang disobek para penjaga, para petugas tanpa rasa bersalah menendanginya hingga tersungkur dan berdarah-darah. Karena kondisinya yang begitu mengenaskan, Faris dibawa ke rumah sakit.
Hukuman mati
Faris akan menjalani sidang keduanya setelah menjalani sidang pertama pada Jumat, Safar 1434 H atau 14 Desember 2012. Pada sidang pertamanya, Faris tetap bersikeras pada keyakinannya. Bahkan dirinya menulis sebuah karya untuk menolak persidangannya yang berjudul “Al-Jawaabu Al-Musaddad Li Man Baddala Dien Nabi Shallalahu ‘Alaihi Wa Sallam”. Selama jangka waktu 2004 hingga 2012, ia ditahan, disiksa, diintimidasi tanpa adanya proses peradilan.
Sebelum datangnya hari persidangan kedua, Faris disembunyikan selama dua bulan dan semua komunikasi yang berhubungan dengannya diputus termasuk pada keluarganya. Seperti penuturan Izzah Zahrani, ibunda Faris bahwa menteri dalam negeri, Muhammad bin Nayef melarang adanya komunikasi atau kunjungan kepada Faris tanpa ada alasan yang jelas. Terkadang mereka membatalkan jam kunjungan yang telah ditentukan dengan alasan-alasan yang sengaja dibuat-buat.
Tepatnya pada hari Rabu, 2 April 2014 hakim Abdul Aziz bin Jabir Al-Madawi memutuskan hukuman mati pada Faris Zahrani. Muhammad bin Nayef melayangkan beberapa tuduhan-tuduhan yang disematkan padanya, yaitu menganut paham takfiri, meyakini halalnya darah yang maksum karena Islam atau dzimmah (jaminan) di negeri ini (Saudi), melegitimasi operasi-operasi peledakan Al-Qaidah, berafiliasi pada Al-Qaidah dan berdakwah membelanya, menulis buku Usamah bin Ladin Mujaddid Zaman wa Qahir Amrikan (Usamah bin Ladin, Mujaddid Abad ini dan Pencengkram Amerika) dan tuduhan-tuduhan lain.
Gelombang Penolakan
Vonis hukuman mati pada Faris Zahrani menuai protes dan kecaman dari kaum muslimin. Gelombang penolakan diramaikan dengan aksi demonstrasi di beberapa ibukota termasuk London. Selain itu, jejaring sosial diramaikan dengan hastag فارس_الزهراني# dan الشيخ_فارس_الزهراني_تحت_التعذيب#.
Syahidnya Syaikh Faris Zahrani
Aksi penolakan-penolakan yang terjadi ternyata tidak menyadarkan dan mengubah keputusan pemerintah Saudi. Akhirnya, tibalah hari eksekusi mati Faris Zahrani pada Jumat, 22 Rabiul Awwal 1437 H atau 2 Januari 2016.
Faris Alu Syuwail Zahrani syahid pada umur 39 tahun setelah 12 tahun mendekam di bawah penyiksaan penjara. Semoga keteguhanmu dalam kebenaran menjadi cambuk para pemuda Islam untuk teguh dalam perjuangan.
Kata Mereka
Menurut penuturan orang-orang terdekatnya, Faris adalah seorang yang tekun menghafal hadits Nabi lengkap dengan sanadnya. Ulama Saudi ini telah menghafal 15.000 bait syair, menguasai tata bahasa dan Mustholah Hadits.
Ibunya, Izzah Az-Zahrani mengatakan bahwa putranya terbiasa mengkhatamkan Al-Quran setiap tiga hari sekali.
Syaikh Sulaiman Al-Ulwan mengatakan, “Syaikh Faris memiliki daya ingat yang tajam. Dia ibarat gunung di antara pegunungan Zahran.”
Salah seorang rekannya di penjara menemukan tulisan tangan di dinding ruangan Faris bertuliskan “Saya telah muraja’ah Shahih Bukhari dan Muslim di ruangan ini sebanyak 15 kali.” Faris Alu Syuwail Az-Zahrani
Faris dikenal teman-temannya sebagai orang yang selalu jujur, berani membela kebenaran dan tidak suka menerima pujian. Ia adalah orang yang penyayang bahkan dengan hewan sekalipun. Ibunya menceritakan bahwa anaknya sering berbagi gula dan madu dengan semut-semut yang ada di ruangan selnya.
Penulis : Dhani El_Ashim
Sumber
1. http://www.alriyadh.com/964784
2. http://muslimconditions.com/
"MENGENAL LAKNATULLOH PENDETA KAFIR SYI'AH YANG MATI KONYOL"
>>> https://www.youtube.com/watch?v=c33QLBJo2UQ
>>> https://www.youtube.com/watch?v=6gDHVF57ouY
>>> https://www.youtube.com/watch?v=qsrDPfbeKvY
>>> https://www.youtube.com/watch?v=8nujnAyokRE
"KAUM KAFIR SYI'AH ARAB SAUDI MEMAKAMKAN PENDETA MEREKA
DAN
UPACARA KE-SYI'AH-ANNYA"
Berita dari Riyadh, Ibu Kota Arab Saudi, dari Koran "Ar-Riyadh", hari Sabtu, 2 Januari 2016 :
Kementerian
Dalam Negeri Saudi menyatakan telah mengeksekusi 47 orang tahanan
terkait tuduhan “terorisme” pada Sabtu (2/1/2016) di 12 kota berbeda di
Saudi. Di antara 47 tahanan itu, hanya 4 di antaranya yang berasal dari
kaum Syiah, sedangkan 43 sisanya adalah Muslim Sunni dan Mujahidin
Al-Qaeda.
Kiprah
jihad Al-Qaeda di Saudi telah berjalan sejak tahun 1996, dan puncaknya
terjadi pada tahun 2002/2003. Sekitar 13 tahun yang lalu, Amir Al-Qaeda
Arab Saudi dinyatakan syahid dalam baku tembak dengan tentara Saudi.
Dalam
surat keputusan hukuman mati Saudi yang dimuat surat kabar Al-Riyadh,
terdapat foto-foto dan nama-nama lengkap para tahanan yang dikaitkan
dengan tuduhan kasus “terorisme” Al-Qaeda pada 1422, 1423, 1427
Hijriyah.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Menanggapi langkah kontroversial Saudi tersebut, Mujahidin cabang Al-Qaeda di Yaman, Al-Qaeda in the Arabian Peninsula (AQAP) dan Mujahidin cabang Al-Qaeda Maghrib Islami atau Al-Qaeda in Islami Mghreeb (AQIM) merilis sebuah keputusan bersama mengecam tindakan Saudi yang memerangi jihad di jalan Allah.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Senin 25 Jan 2016, 18:11 WIB
Arab Saudi Sudah Eksekusi 53 Tahanan Bulan Ini (Januari 2016)
Berikut terjemah lengkap pernyataan bersama AQAP dan AQIM tersebut :
Pernyataan Bersama AQAP dan AQIM atas Eksekusi Mati Mujahidin oleh Arab Saudi
بسم الله الرحمن الرحيم
Pernyataan Bersama
Segala
puji hanya milik Allah Rabb Semesta Alam, dan tidak ada permusuhan
kecuali kepada orang-orang dhalim. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan
kepada sang Imam mujahidin (ROSULULLOH S.A.W.), keluarga, dan para
sahabatnya. Amma ba’du:
Pemerintah
Alu Su’ud (Pemerintahan Keluarga Su'ud / Kerajaan Arab Saudi) kembali
mempertontonkan kejahatan terbaru mereka, dengan congkak dan sombong
mereka memerangi jihad fi sabilillah.
Peristiwa ini memperjelas bahwa dengan eksekusi tersebut mereka hendak
mengokohkan kerajaan dengan cara menindas siapa saja yang menentang.
Peristiwa ini juga semakin memperjelas bahwa mereka adalah agen atau
bonekanya musuh umat Islam, dan turut membantu musuh dalam menumpahkan
darah umat Islam.
Pemerintah
Alu Su’ud (Kerajaan Arab Saudi) telah mengeksekusi tiga orang Ulama dan
penuntut ilmu dari kalangan mujahidin yang telah berjuang memerangi
para penjajah Salibis. Mereka dieksekusi karena telah mempertaruhkan
nyawa dan menginfakkan harta mereka dalam jihad serta menyampaikan
kalimat yang hak.
Setelah
sekian lama rezim Alu Su’ud (Raja Saudi) memerangi mujahidin, di mana
mereka telah mengerahkan segala daya upaya untuk melemahkan kebangkitan
jihad yang telah membangkitkan para pemuda Islam, maka kini mereka juga
aktif membasmi siapa saja yang berdiri melawan pasukan Salib dan sekutu.
Pemerintahan Alu Su’ud (Kerajaan Arab Saudi) telah membantai mujahidin
yang berjuang membela Islam dan kemuliaan umat.
Setiap
ada kesempatan untuk bersekutu dengan musuh kafir dalam memerangi
mujahidin, maka Alu Su’ud (Raja Saudi) berada paling depan. Lihatlah
betapa banyak sudah konferensi yang mereka gagas untuk memerangi
mujahidin, betapa banyak ultimatum dan seruan yang mereka keluarkan, dan
betapa banyak pertemuan yang mereka hadiri dalam rangka menyerang dan
melumpuhkan jihad.
Tatkala
Allah menggagalkan upaya mereka, dan menimpakan makar yang buruk atas
merela, maka mereka merasa patah hati dengan apa yang telah mereka
korbankan. Lalu mereka beralih kepada para lelaki tegar yang telah
menggoyahkan keangkuhan penjara mereka. Alu Su’ud mengeksekusi mati para
mujahidin yang tertawan, dan sungguh mereka telah menyerupai kaum
musyrikin Quraisy yang Allah ta’ala telah firmankan:
“Dan
(ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya
terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau
mengusirmu. mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya
itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” [QS Al-Anfal: 30-32]
Sesungguhnya
kebenaran yang sedang coba ditutupi oleh Alu Su’ud (Raja Saudi) adalah
eksekusi ini sebenarnya untuk memuaskan para penjajah Salibis, karena
para mujahidin yang dieksekusi ini adalah mereka yang telah menimpakan
azab atas penjajah Salibis di Jazirah Arab dengan berpedoman pada hadits
Nabi ﷺ: “Usirlah kaum musyrikin dari Jazirah Arab!”
Tidaklah
para syuhada’ ini dieksekusi melainkan karena mereka telah menantang
pemerintah Alu Su’ud (Kerajaan Arab Saudi) yang telah membuka datarannya
untuk musuh dan meridhai para penjajah Salibis menjadikannya pusat
komando untuk menyerang negeri-negeri kaum muslimin, untuk membunuh dan
membantai orang-orang tak berdaya, serta memata-matai mereka. Mereka
dieksekusi karena telah menentang syari’at buatan Alu Su’ud (Raja Saudi)
bukan karena menentang syari’at Allah. Mereka dieksekusi karena mereka
telah berjihad melawan musuh umat Islam. Mereka dieksekusi karena
membela umat Islam yang tak berdaya dan menggoyahkan singgasana tirani
yang arogan. Mereka dieksekusi karena menyampaikan kalimat hak yang
telah diperintahkan oleh Allah dan Rasulullah, bukan menyampaikan
kalimat batil sebagaimana yang dilakukan oleh wali-wali Amerika dari
kalangan ulama su’ (ulama jelek / menyimpang) dan para da’i busuk.
Semoga Allah memberikan balasan terbaik atas kesabaran, keteguhan, pengorbanan dan jihad mereka fi sabilillah. Kami
menilai bahwa mereka telah mempersembahkan keteladanan yang agung dalam
kesabaran, keteguhan dan dalam menunaikan jihad yang paling agung
sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi kita Muhammad ﷺ:
أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ
“Jihad yang paling utama ialah mengatakan kebenaran di hadapan penguasa yang zalim.” [HR. Abu Daud]
Di
atas jalan itulah mereka meraih kasyahidan, impian yang telah lama
mereka harapkan selama mereka berjuang. Mereka tidak pernah beralih,
tidak pula mundur atau berubah, hingga hari di mana kita mendengar kabar
eksekusi mereka. Semoga Allah merahmati mereka, menerima mereka sebagai
syuhada’, dan mengangkat derajat mereka.
Adapun
bagi para pembunuh, para penyekap serta penyiksa mujahidin di penjara
negeri Haramain (Dua Tanah Haram), sungguh kalian bertanggung jawab atas
kejahatan keji ini. Ketahuilah bahwa para mujahidin di belahan timur
dan barat bumi telah bersumpah mengorbankan nyawa mereka untuk menuntut
balas atas darah suci saudara-saudara mereka. Sesungguhnya mujahidin
telah memperingatkan para hakim di Riyadh untuk tidak memutus keputusan
bodoh ini, namun mereka congkak dan tetap memilih menumpahkan darah para
mujahidin yang shalih, sebagai kurban untuk meraih ridha penjajah
Salibis di hari raya mereka di awal tahun masehi. Maka tunggulah hari di
mana Allah akan mengobati hati keluarga para syuhada yang kalian
eksekusi!
وَسَيَعْلَمُ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَيَّ مُنقَلَبٍ يَنقَلِبُونَ
“Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.” [QS: Asy-Syu’ara: 227]
TELAH PULANG KE :"RAHMATULLOH" / "RAHMATNYA ALLOH" ("RAHIMAHUMULLH") :
TANDHIM AL-QAEDA
Cabang Jazirah Arab dan Cabang Magrib Islami
TELAH PULANG KE :"RAHMATULLOH" / "RAHMATNYA ALLOH" ("RAHIMAHUMULLH") :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar